Sejarah Stagnasi dan Kemunduran Ilmu Pengetahuan dalam
Islam
Oleh: Zaffira Dzurrahmah Ramadhany[1]
Pendahuluan
Diskursus mengenai ilmu pengetahuan, Islam telah
memberikan perhatian khusus akan pentingnya peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
Bahkan al-quran yang menjadi sebagai kitab suci bagi umat islam banyak membahas
tentang ilmu pengetahuan, baik kewajiban untuk mencarinya maupun tata cara
pengamalannya.
Prof Ragib As-Sirjani seorang ilmuwan muslim Mesir
menyatakan bahwa ada sekitar 700 ayat yang membahas tentang ilmu pengetahuan,
baik tentang kewajiban untuk mencarinya atau penjelasan-penjelasan tentang ilmu
itu sendiri. Pendapat itu menyatakan bahwa secara tidak langsung Allah sebagai
pencipta alam semesta memerintahkan kita untuk menjadi orang yang berilmu dan
beriman.
Didalam tafsir al-quran tertulis bahwa pada zaman
dahulu sudah ditemukan besi yang digunakan Nabi Daud untuk membuat baju,
kemudian penemuan tembaga pada masa Nabi Sulaiman yang digunakan untuk
membangun konstruksi berat melalui tenaga dan ilmu yang berteknologi tinggi dan
Negeri Saba yang mampu membangun bendungan raksasa diantara dua bukit dengan
konstruksi beton yang bermanfaat untuk menampung air hujan sehingga dapat
digunakan untuk mengairi sawah dan ladang.
Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa, Islam sangat
memperhatikan terhadap permasalahan akan pentingnya ilmu pengetahuan. Itu
berarti manusia yang hidup pada masa Nabi Daud maupun Nabi Sulaiman sudah
memiliki ilmu sehingga mereka bisa membuat sesuatu yang bermanfaat di kala itu.
Hal itu tidak akan terjadi tanpa adanya pemanfaatan ilmu yang mereka miliki,
karena untuk berkreatifitas memerlukan nalar yang produktif serta ilmu yang
kuat yang kemudian di aplikasikan sehingga menjadi sesuatu yang berarti.
Tak hanya manusia yang hidup pada zaman Nabi Daud,
Nabi Sulaiman dan rakyat Negeri Saba saja, bangsa Sumeria yang hidup kurang
lebih 3000 tahun sebelum Masehi dengan ilmu mereka memanfaatkan luapan Sungai
Tigris dan Eufrat untuk lahan pertanian dan menciptakan alat untuk membajak
dengan roda dan mengenal huruf. Bangsa Sumeria sudah memberi pengaruh besar
terhadap bangsa lainnya, seperti Mesopotamia, Mesir Kuno, Yunani, Romawi, Islam
hingga Eropa Barat. Dengan demikian sebelum Islam lahir telah berkembang
kebudayaan besar dunia yang saling berkelanjutan.
Ilmu pengetahuan dalam Islam
Ilmu pengetahuan dalam agama Islam dewasa ini bersifat
stagnan bahkan mengalami kemunduran yang sangat drastis bila dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya. Islam pernah mengalami kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan secara pesat yaitu pada masa dinasti Abbasiyah. Tetapi, setelah itu
ilmu pengetahuan yang telah maju lama kelamaan mengalami masa jumud atau
stagnan bahkan mundur. Secara tidak langsung Islam tidak dapat mempertahankan
masa kegemilangan ilmu pengetahuan tersebut.
Kenyataan
awal di muka bumi mengenai ilmu pengetahuan terlihat saat turunnya Malaikat
Jibril untuk pertama kali kepada Rasulullah SAW. Wahyu yang pertama diturunkan
ini berupa lima ayat membicarakan beberapa ketetapan yang saling berkaitan,
yaitu kaidah ilmu. Objek ini menjelaskan bahwa ilmu merupakan kunci memahami
agama, kunci memahami dunia, bahkan kunci untuk menguak rahasia akhirat yang
dimana seluruh manusia akan dimintai pertanggungjawaban.
Kemudian
yang tak kalah mengherankan, wahyu pertama ini membicarakan aturan yang tidak
banyak diperhatikan oleh kalangan bangsa Arab pada masa itu. Padahal mereka
semua sangat membutuhkan ilmu dalam setiap ruang lingkup kehidupannya. Kecuali
dalam bidang balaghah dan syair, pada dua bidang inilah bangsa Arab memperoleh
keunggulan dan kehebatan.
Kedatangan
Islam telah memberikan isyarat terjadinya revolusi ilmu pengetahuan secara
nyata. Dimulai dari Rasul diperintahkan menyebarkan syariat Islam ke penjuru
dunia hingga hancurnya Baghdad sekitar abad XIII M. Masa itu merupakan masa perluasan wilayah, integrasi
dan keemasan Islam. Perluasan wilayah yang dimulai oleh Khulafaur-Rasyidin
dilanjutkan Bani Umayyah dan mencapai keemasan pada Bani Abbas, dan itu cukup
menjadikan Islam sebagai negara yang besar.
Timbullah persatuan berbagai bangsa dibawah naungan
Islam, dengan bahasa Arab kebudayaan serta peradaban Islam tumbuh menjadi
peradaban baru. Walaupun Bani Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepada
kebudayaan Arab, tetapi rintisan awal yang menjadikan kebudayaan Arab menjadi
inti peradaban Islam telah dimulai.
Mungkin, Bani Umayyah yang menjadikan Damaskus sebagai
ibukota masih mementingkan kebudayaan Arab saja, tetapi Bani Abbas memindahkan
ibukotanya ke Baghdad cukup dipengaruhi peradabannya oleh kebudayaan Persi.
Keluarga Barmak pada pemerintahannya, yang diangkat sebagai wazir, bersama-sama
khalifah mengembangkan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Baghdad.
Dengan pengaruh kebudayaan Persi, Islam maju dalam
bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, maka pada pemerintahan Bani Abbas
merupakan periode puncak peradaban Islam. Khalifah Harun ar-Rasyid dan
Al-Ma’mun yang melakukan penerjemahan besar-besaran dari buku yang berasal dari
Byzantium dan Latin diubah kedalam Bahasa Arab. Wujud Bayt al-Hikmah yang
menjadi perguruan tinggi dan perpustakaan memberi pengaruh besar dalam ilmu
pengetahuan dalam Islam. Kemudian bahasa Arab menjadi bahasa ilmu pengetahuan,
filsafat dan diplomasi. Ringkasnya periode ini merupakan periode puncak
peradaban Islam, terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan.
Kemunduran Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Bersamaan dengan itu, kondisi diluar Islam terutama di
Eropa, sedang mengalami kegelapan. Pada abad ke-XI Eropa mulai menyadari adanya
peradaban Islam yang tinggi di Timur, maka mereka berusaha mengambilnya.
Melalui saluran Spanyol Islam, pulau Sisilia dan pelarian-pelarian perang salib
peradaban Islam sedikit demi sedikit dibawa ke Eropa. Inilah yang menyebabkan
timbulnya renaissance Eropa yang kemudian membawa pada kemajuan dan
peradaban Barat sekarang.
Sebaliknya Islam mengalami kemunduran. Kemunduran itu
terjadi ketika umat Islam mengalami penyerbuan dari Timur dan dari Barat. Dari
Timur Baghdad diserbu Hulago pada tahun 1258 M. Di Barat Toledo jatuh tahun
1085, Cordova menyusul tahun 1236, selanjutnya Sevilla tahun 1248. Di wilayah
bagian tengah yaitu Syiria dan Mesir mendapat serangan dari perang salib.
Serangan yang berjalan selama dua abad lamanya memakan
banyak korban jiwa, harta benda dan peradaban Islam. Oleh karena itu,
perkembangan ilmu pengetahuan kemudian terhambat. Karena keadaan yang memaksa
menyeru umat Islam untuk berperang melawan serangan musuh, dan tidak dapat
berkonsentrasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kemudian menjadikan ilmu
pengetahuan yang semula berkembang dan menjadikan Islam sebagai poros peradaban
menjadi diam bahkan mundur bila dibandingkan dengan keadaan Eropa yang baru
lahir dan dapat berkembang lebih jauh dari Islam.
Kemudian ditambah dengan hancurnya Khilafah Islam.
Islam tidak lagi mempunyai khalifah yang diakui oleh semua umat sebagai lambang
persatuan, sampai munculnya Khilafah Usmaniyah di Istanbul, Shafawiyah di
Isfahan dan Mughal di Delhi. Dalam waktu singkat kebudayaan Islam bangkit
kembali namun wilayah yang pernah menjadi pusat dunia Islam dipegang oleh
bangsa yang belum Islam, bahkan Islam berangsur-angsur hilang dari Andalus
(Spanyol).
Peradaban Islam terpecah menjadi enam cabang : Kebudayaan
Turki, Persi, Mughal, Arab, Afrika Hitam, dan Asia Tenggara. Bahasa Arab tidak
lagi menjadi bahasa peradaban Islam, hanya sebagai bahasa ritual keagamaan.
Kekuatan umat Islam makin menurun baik dalam bidang militer, ekonomi, dan
budaya. Ilmu pengetahuan dalam keadaan stagnan. Dunia Islam dalam keadaan
mundur dan statis sampai periode modern tahun 1800 M.
Tahap penyerangan wilayah kekuasaan Islam, hancurnya
kekuasaan khilafah Islam dan terpecahnya peradaban Islam menjadi beberapa
cabang kala itu menjadikan umat Islam fokus akan peperangan terhadap bangsa
Eropa dan melalaikan perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada. Inilah yang
membawa umat Islam pada stagnasi dan kemunduran Islam dalam bidang ilmu pengetahuan
hingga dewasa kini.
Tetapi semua itu tidak menjadikan bagi beberapa
kalangan ilmuwan dalam Islam, buktinya adalah munculnya ilmuwan yang lahir di
bagian Barat Islam baik dari ilmu aqliyah seperti astronomi, optika, kimia,
fisika, geografi, kedokteran, filsafat, maupun ilmu naqliyah seperti al-quran
dan Hadits, tafsir, ilmu kalam dan tasawuf. Lalu munculnya perguruan tinggi yang terkenal
seperti al-Azhar dan lain sebagainya.
Penutup
Kedatangan
Islam ibarat mercusuar yang bersinar cemerlang, mengusir kegelapan malam yang
selama ini menyelimuti dunia yang sedang murung. Sebuah peradaban yang dimulai
seiring dengan lahirnya Islam yang menyinari seluruh alam semesta kehidupan,
merombak suasana pemikiran, politik, syariat, masyarakat, dan ekonomi dunia
seluruhnya.
Sinar yang muncul itu seakan sirna. Sinar yang dulunya
terang benderang kini redup tak terang lagi. Islam yang dulunya menjadi poros
peradaban seakan-akan berubah menjadi puing-puing reruntuhan peradaban. Islam
yang dulunya menjadi pelaku sejarah kini hanya menjadi saksi sejarah.
Ilmu pengetahuan yang berada dalam naungan Islam kini
sudah statis tidak dinamis lagi. Kemunduran itu disebabkan beberapa faktor salah
satunya penyerbuan di Timur. Jika penyerbuan itu tidak terjadi, mungkin umat
Islam lebih dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan melakukan kegiatan
eksperimen lebih baik.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya
bisa menjadi solusi terbaik yang memudahkan generasi muslim sekarang bukan
menjadikan kelalaian bagi kita semua. Kebanyakan generasi sekarang hanya
menjadi generasi penikmat saja mereka tidak ingin mengembangkan bahkan mencari
tahu ilmu pengetahuan tersebut.
Maka dari itu kita harus menjadi generasi muslim yang
unggul dalam bidang ilmu pengetahuan maupun ilmu keagamaan. Karena pada
dasarnya Allah mencintai umat-Nya yang berilmu dan beriman, dan Islam sangat
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Apabila negara Indonesia ini ingin menjadi sebuah
negara maju, negara ini harus memfasilitasi rakyatnya dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Seperti, keamanan negara harus lebih terjamin, dan fasilitas yang
lengkap untuk menunjang rakyatnya dalam pemerolehan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
[1]
Mahasiswi semester 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memenuhi
tugas ujian akhir semester, mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan atas
bimbingan Irfan Abu Bakar, M.Ag
0 komentar:
Posting Komentar