Minggu, 13 Januari 2019

Sejarah Stagnasi dan Kemunduran Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Diposting oleh Waode Uka di 02.09

Sejarah Stagnasi dan Kemunduran Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Oleh: Zaffira Dzurrahmah Ramadhany[1]


Pendahuluan
Diskursus mengenai ilmu pengetahuan, Islam telah memberikan perhatian khusus akan pentingnya peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Bahkan al-quran yang menjadi sebagai kitab suci bagi umat islam banyak membahas tentang ilmu pengetahuan, baik kewajiban untuk mencarinya maupun tata cara pengamalannya.  


Prof Ragib As-Sirjani seorang ilmuwan muslim Mesir menyatakan bahwa ada sekitar 700 ayat yang membahas tentang ilmu pengetahuan, baik tentang kewajiban untuk mencarinya atau penjelasan-penjelasan tentang ilmu itu sendiri. Pendapat itu menyatakan bahwa secara tidak langsung Allah sebagai pencipta alam semesta memerintahkan kita untuk menjadi orang yang berilmu dan beriman.

Didalam tafsir al-quran tertulis bahwa pada zaman dahulu sudah ditemukan besi yang digunakan Nabi Daud untuk membuat baju, kemudian penemuan tembaga pada masa Nabi Sulaiman yang digunakan untuk membangun konstruksi berat melalui tenaga dan ilmu yang berteknologi tinggi dan Negeri Saba yang mampu membangun bendungan raksasa diantara dua bukit dengan konstruksi beton yang bermanfaat untuk menampung air hujan sehingga dapat digunakan untuk mengairi sawah dan ladang.

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa, Islam sangat memperhatikan terhadap permasalahan akan pentingnya ilmu pengetahuan. Itu berarti manusia yang hidup pada masa Nabi Daud maupun Nabi Sulaiman sudah memiliki ilmu sehingga mereka bisa membuat sesuatu yang bermanfaat di kala itu. Hal itu tidak akan terjadi tanpa adanya pemanfaatan ilmu yang mereka miliki, karena untuk berkreatifitas memerlukan nalar yang produktif serta ilmu yang kuat yang kemudian di aplikasikan sehingga menjadi sesuatu yang berarti.

Tak hanya manusia yang hidup pada zaman Nabi Daud, Nabi Sulaiman dan rakyat Negeri Saba saja, bangsa Sumeria yang hidup kurang lebih 3000 tahun sebelum Masehi dengan ilmu mereka memanfaatkan luapan Sungai Tigris dan Eufrat untuk lahan pertanian dan menciptakan alat untuk membajak dengan roda dan mengenal huruf. Bangsa Sumeria sudah memberi pengaruh besar terhadap bangsa lainnya, seperti Mesopotamia, Mesir Kuno, Yunani, Romawi, Islam hingga Eropa Barat. Dengan demikian sebelum Islam lahir telah berkembang kebudayaan besar dunia yang saling berkelanjutan.

Ilmu pengetahuan dalam Islam
Ilmu pengetahuan dalam agama Islam dewasa ini bersifat stagnan bahkan mengalami kemunduran yang sangat drastis bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Islam pernah mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan secara pesat yaitu pada masa dinasti Abbasiyah. Tetapi, setelah itu ilmu pengetahuan yang telah maju lama kelamaan mengalami masa jumud atau stagnan bahkan mundur. Secara tidak langsung Islam tidak dapat mempertahankan masa kegemilangan ilmu pengetahuan tersebut.

Kenyataan awal di muka bumi mengenai ilmu pengetahuan terlihat saat turunnya Malaikat Jibril untuk pertama kali kepada Rasulullah SAW. Wahyu yang pertama diturunkan ini berupa lima ayat membicarakan beberapa ketetapan yang saling berkaitan, yaitu kaidah ilmu. Objek ini menjelaskan bahwa ilmu merupakan kunci memahami agama, kunci memahami dunia, bahkan kunci untuk menguak rahasia akhirat yang dimana seluruh manusia akan dimintai pertanggungjawaban.

Kemudian yang tak kalah mengherankan, wahyu pertama ini membicarakan aturan yang tidak banyak diperhatikan oleh kalangan bangsa Arab pada masa itu. Padahal mereka semua sangat membutuhkan ilmu dalam setiap ruang lingkup kehidupannya. Kecuali dalam bidang balaghah dan syair, pada dua bidang inilah bangsa Arab memperoleh keunggulan dan kehebatan.

Kedatangan Islam telah memberikan isyarat terjadinya revolusi ilmu pengetahuan secara nyata. Dimulai dari Rasul diperintahkan menyebarkan syariat Islam ke penjuru dunia hingga hancurnya Baghdad sekitar abad XIII M. Masa itu merupakan masa perluasan wilayah, integrasi dan keemasan Islam. Perluasan wilayah yang dimulai oleh Khulafaur-Rasyidin dilanjutkan Bani Umayyah dan mencapai keemasan pada Bani Abbas, dan itu cukup menjadikan Islam sebagai negara yang besar.

Timbullah persatuan berbagai bangsa dibawah naungan Islam, dengan bahasa Arab kebudayaan serta peradaban Islam tumbuh menjadi peradaban baru. Walaupun Bani Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab, tetapi rintisan awal yang menjadikan kebudayaan Arab menjadi inti peradaban Islam telah dimulai.

Mungkin, Bani Umayyah yang menjadikan Damaskus sebagai ibukota masih mementingkan kebudayaan Arab saja, tetapi Bani Abbas memindahkan ibukotanya ke Baghdad cukup dipengaruhi peradabannya oleh kebudayaan Persi. Keluarga Barmak pada pemerintahannya, yang diangkat sebagai wazir, bersama-sama khalifah mengembangkan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Baghdad.

Dengan pengaruh kebudayaan Persi, Islam maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, maka pada pemerintahan Bani Abbas merupakan periode puncak peradaban Islam. Khalifah Harun ar-Rasyid dan Al-Ma’mun yang melakukan penerjemahan besar-besaran dari buku yang berasal dari Byzantium dan Latin diubah kedalam Bahasa Arab. Wujud Bayt al-Hikmah yang menjadi perguruan tinggi dan perpustakaan memberi pengaruh besar dalam ilmu pengetahuan dalam Islam. Kemudian bahasa Arab menjadi bahasa ilmu pengetahuan, filsafat dan diplomasi. Ringkasnya periode ini merupakan periode puncak peradaban Islam, terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan.

Kemunduran Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Bersamaan dengan itu, kondisi diluar Islam terutama di Eropa, sedang mengalami kegelapan. Pada abad ke-XI Eropa mulai menyadari adanya peradaban Islam yang tinggi di Timur, maka mereka berusaha mengambilnya. Melalui saluran Spanyol Islam, pulau Sisilia dan pelarian-pelarian perang salib peradaban Islam sedikit demi sedikit dibawa ke Eropa. Inilah yang menyebabkan timbulnya renaissance Eropa yang kemudian membawa pada kemajuan dan peradaban Barat sekarang.

Sebaliknya Islam mengalami kemunduran. Kemunduran itu terjadi ketika umat Islam mengalami penyerbuan dari Timur dan dari Barat. Dari Timur Baghdad diserbu Hulago pada tahun 1258 M. Di Barat Toledo jatuh tahun 1085, Cordova menyusul tahun 1236, selanjutnya Sevilla tahun 1248. Di wilayah bagian tengah yaitu Syiria dan Mesir mendapat serangan dari perang salib.

Serangan yang berjalan selama dua abad lamanya memakan banyak korban jiwa, harta benda dan peradaban Islam. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan kemudian terhambat. Karena keadaan yang memaksa menyeru umat Islam untuk berperang melawan serangan musuh, dan tidak dapat berkonsentrasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kemudian menjadikan ilmu pengetahuan yang semula berkembang dan menjadikan Islam sebagai poros peradaban menjadi diam bahkan mundur bila dibandingkan dengan keadaan Eropa yang baru lahir dan dapat berkembang lebih jauh dari Islam.

Kemudian ditambah dengan hancurnya Khilafah Islam. Islam tidak lagi mempunyai khalifah yang diakui oleh semua umat sebagai lambang persatuan, sampai munculnya Khilafah Usmaniyah di Istanbul, Shafawiyah di Isfahan dan Mughal di Delhi. Dalam waktu singkat kebudayaan Islam bangkit kembali namun wilayah yang pernah menjadi pusat dunia Islam dipegang oleh bangsa yang belum Islam, bahkan Islam berangsur-angsur hilang dari Andalus (Spanyol).

Peradaban Islam terpecah menjadi enam cabang : Kebudayaan Turki, Persi, Mughal, Arab, Afrika Hitam, dan Asia Tenggara. Bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa peradaban Islam, hanya sebagai bahasa ritual keagamaan. Kekuatan umat Islam makin menurun baik dalam bidang militer, ekonomi, dan budaya. Ilmu pengetahuan dalam keadaan stagnan. Dunia Islam dalam keadaan mundur dan statis sampai periode modern tahun 1800 M.

Tahap penyerangan wilayah kekuasaan Islam, hancurnya kekuasaan khilafah Islam dan terpecahnya peradaban Islam menjadi beberapa cabang kala itu menjadikan umat Islam fokus akan peperangan terhadap bangsa Eropa dan melalaikan perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada. Inilah yang membawa umat Islam pada stagnasi dan kemunduran Islam dalam bidang ilmu pengetahuan hingga dewasa kini.

Tetapi semua itu tidak menjadikan bagi beberapa kalangan ilmuwan dalam Islam, buktinya adalah munculnya ilmuwan yang lahir di bagian Barat Islam baik dari ilmu aqliyah seperti astronomi, optika, kimia, fisika, geografi, kedokteran, filsafat, maupun ilmu naqliyah seperti al-quran dan Hadits, tafsir, ilmu kalam dan tasawuf. Lalu  munculnya perguruan tinggi yang terkenal seperti al-Azhar dan lain sebagainya.     

Penutup 
Kedatangan Islam ibarat mercusuar yang bersinar cemerlang, mengusir kegelapan malam yang selama ini menyelimuti dunia yang sedang murung. Sebuah peradaban yang dimulai seiring dengan lahirnya Islam yang menyinari seluruh alam semesta kehidupan, merombak suasana pemikiran, politik, syariat, masyarakat, dan ekonomi dunia seluruhnya.

Sinar yang muncul itu seakan sirna. Sinar yang dulunya terang benderang kini redup tak terang lagi. Islam yang dulunya menjadi poros peradaban seakan-akan berubah menjadi puing-puing reruntuhan peradaban. Islam yang dulunya menjadi pelaku sejarah kini hanya menjadi saksi sejarah.
Ilmu pengetahuan yang berada dalam naungan Islam kini sudah statis tidak dinamis lagi. Kemunduran itu disebabkan beberapa faktor salah satunya penyerbuan di Timur. Jika penyerbuan itu tidak terjadi, mungkin umat Islam lebih dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan melakukan kegiatan eksperimen lebih baik.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya bisa menjadi solusi terbaik yang memudahkan generasi muslim sekarang bukan menjadikan kelalaian bagi kita semua. Kebanyakan generasi sekarang hanya menjadi generasi penikmat saja mereka tidak ingin mengembangkan bahkan mencari tahu ilmu pengetahuan tersebut.

Maka dari itu kita harus menjadi generasi muslim yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan maupun ilmu keagamaan. Karena pada dasarnya Allah mencintai umat-Nya yang berilmu dan beriman, dan Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.

Apabila negara Indonesia ini ingin menjadi sebuah negara maju, negara ini harus memfasilitasi rakyatnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Seperti, keamanan negara harus lebih terjamin, dan fasilitas yang lengkap untuk menunjang rakyatnya dalam pemerolehan dan pengembangan ilmu pengetahuan.  


[1]  Mahasiswi semester 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memenuhi tugas ujian akhir semester, mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan atas bimbingan Irfan Abu Bakar, M.Ag

0 komentar:

Posting Komentar

 

Story of My Life Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea